Bubur Sumsum Hijau: Sajian Lembut Beraroma Pandan yang Selalu Bikin Rindu

Bubur Sumsum Hijau

Ketika berbicara tentang kuliner tradisional Indonesia, nama Bubur Sumsum Hijau hampir selalu masuk dalam daftar makanan yang punya tempat khusus di hati banyak orang. Teksturnya yang lembut seperti sutra, rasa gurih dari santan yang berpadu dengan manisnya gula merah, serta aromanya yang khas membuat bubur ini tidak pernah gagal menghadirkan rasa nyaman. Namun, ada satu variasi yang semakin populer dan punya keunikan tersendiri, yaitu bubur sumsum hijau.

Dengan warna hijau alami yang cantik, aroma pandan yang menggoda, dan cita rasa yang tetap mempertahankan kelembutan klasiknya, bubur sumsum hijau kini menjadi pilihan favorit untuk sarapan, camilan sore, hingga hidangan spesial keluarga. Dalam artikel ini, kita akan membahas pesona bubur sumsum hijau dari berbagai sisi—mulai dari asal-usulnya, rahasia kelezatannya, cara membuatnya agar mulus tanpa bergerindil, hingga makna budaya yang membuat makanan ini tak lekang oleh waktu.

Sejarah dan Asal-usul Bubur Sumsum

kelezatan Bubur Sumsum Hijau

Sebagai salah satu makanan tradisional Nusantara yang masih bertahan hingga kini, bubur sumsum dikenal luas di berbagai daerah. Di Jawa, bubur ini sering disebut sebagai “jenang sumsum”, sementara di beberapa wilayah lain tetap dikenal dengan nama bubur sumsum. Meskipun tidak ada catatan sejarah yang pasti mengenai asal-muasalnya, banyak sejarawan kuliner berpendapat bahwa bubur sumsum berasal dari tradisi masyarakat agraris yang memanfaatkan beras sebagai bahan pokok Cookpad.

Beras, sebagai komoditas utama, diolah dalam berbagai bentuk, termasuk bubur. Campuran beras yang ditumbuk halus (atau tepung beras) dan santan kemudian menghasilkan bubur yang teksturnya halus menyerupai sumsum tulang—itulah alasan mengapa bubur ini disebut “sumsum”. Varian hijau sendiri hadir sebagai inovasi dapur rumahan, terutama ketika pandan mulai banyak digunakan sebagai pewarna alami sekaligus pengharum masakan.

Kini, bubur sumsum hijau tidak hanya ditemukan di pedagang jajanan pasar, tetapi juga sering tampil dalam menu katering, hotel, hingga acara-acara keluarga seperti pengajian, arisan, dan syukuran.

Keunikan Bubur Sumsum Hijau yang Bikin Banyak Orang Jatuh Cinta

1. Warna Hijau Alami dari Daun Pandan dan Suji

Hal yang paling mencolok dari bubur sumsum hijau adalah warnanya yang cantik. Warna ini biasanya berasal dari daun pandan atau daun suji, atau kombinasi keduanya. Daun suji memberi warna hijau yang lebih pekat, sedangkan pandan memberikan aroma harum yang khas. Kombinasi kedua bahan alami ini membuat bubur sumsum hijau bukan hanya lezat tetapi juga lebih sehat karena bebas pewarna sintetik.

2. Tekstur Lembut yang Selalu Jadi Kunci

Kelembutan adalah identitas bubur sumsum. Varian hijau juga tetap mempertahankan karakter ini. Dengan komposisi tepung beras dan santan yang tepat serta cara memasak yang benar, bubur ini akan terasa lembut, creamy, dan tidak menggumpal. Ketika disendok, teksturnya terlihat halus dan mengkilap—tanda bahwa bubur sumsum berhasil.

3. Aroma Pandan yang Menenangkan

Pandan dikenal sebagai “vanilla khas Asia”, dan memang aromanya selalu membawa sensasi relaksasi. Ketika bubur sumsum hijau panas disajikan, aroma pandan bercampur santan akan langsung menguar dan memancing selera. Tak heran banyak orang menikmati bubur ini sebagai comfort food ketika cuaca sedang mendung atau ketika butuh makanan yang ringan namun mengenyangkan.

4. Harmoni Rasa Manis-Gurih yang Sempurna

Salah satu alasan bubur sumsum, termasuk varian hijau, menjadi favorit banyak orang adalah keseimbangan rasanya. Gurihnya bubur dari santan berpadu manisnya kuah gula merah menghasilkan sensasi yang menenangkan. Tidak terlalu manis, tidak terlalu gurih—pas.

Cara Membuat Bubur Sumsum Hijau yang Lembut dan Tidak Bergerindil

resep kelezatan Bubur Sumsum Hijau

Meski terlihat sederhana, membuat bubur sumsum yang benar-benar halus butuh teknik yang tepat. Berikut resep lengkap yang bisa kamu coba di rumah.

Bahan-bahan:

Untuk bubur:

  • 150 gram tepung beras

  • 800 ml santan (kekentalan sedang)

  • 6 lembar daun pandan

  • 10–12 lembar daun suji (opsional, jika ingin hijau pekat)

  • ½ sdt garam

Untuk gula merah:

  • 200 gram gula merah

  • 150 ml air

  • 2 lembar daun pandan

  • Sejumput garam

Langkah-langkah:

1. Membuat ekstrak hijau

Tumbuk daun pandan dan daun suji dengan sedikit air, kemudian saring untuk mendapatkan air hijau pekat. Ini akan menjadi pewarna alami bubur.

2. Mencampurkan bahan bubur

Campur tepung beras dengan sebagian santan dan air pandan. Aduk hingga benar-benar larut. Ini penting agar bubur tidak menggumpal saat dimasak.

3. Memasak bubur hingga lembut

Panaskan sisa santan dengan garam. Setelah hangat, masukkan campuran tepung beras sambil terus diaduk dengan api kecil. Aduk terus tanpa henti hingga bubur mengental dan matang. Jangan berhenti mengaduk, karena jika berhenti, hasilnya bisa bergerindil.

4. Membuat kuah gula merah

Rebus gula merah bersama air, daun pandan, dan sedikit garam hingga larut dan mengental.

5. Penyajian

Tuang bubur sumsum hijau ke dalam mangkuk, siram dengan kuah gula merah, dan sajikan hangat atau dingin.

Tips Anti Gagal Membuat Bubur Sumsum Hijau

  1. Aduk terus sampai matang. Jangan tinggalkan bubur meski sebentar, karena gampang menggumpal.

  2. Gunakan santan segar untuk rasa lebih gurih dan aroma lebih harum.

  3. Saring campuran tepung beras sebelum dimasak untuk memastikan tidak ada gumpalan.

  4. Gunakan api kecil, karena api besar bisa membuat santan pecah dan bubur tidak mulus.

  5. Jika ingin lebih lembut, tambahkan sedikit tepung tapioka (sekitar 1 sdm).

Makna Budaya Bubur Sumsum Hijau dalam Kehidupan Masyarakat

Di berbagai daerah di Indonesia, bubur sumsum memiliki nilai budaya tersendiri. Dalam beberapa tradisi Jawa, misalnya, bubur ini sering disajikan saat acara selamatan atau syukuran. Bubur sumsum hijau sering dikaitkan dengan harapan akan keberkahan, ketenangan, dan kemudahan rezeki—karena warna hijau dianggap sebagai simbol kesejukan dan pertumbuhan.

Bubur sumsum juga identik dengan makanan “penenang”. Banyak anak kecil yang diberi bubur ini ketika sedang rewel atau kurang enak badan karena sifatnya yang ringan dan mudah dicerna. Bahkan orang dewasa pun sering memilih bubur sumsum sebagai menu makan ketika sedang kurang nafsu makan.

Bubur Sumsum Hijau di Era Modern

Meski makanan tradisional, bubur sumsum hijau tetap relevan hingga saat ini. Banyak kafe modern yang menghadirkan menu ini dengan tampilan kekinian. Ada yang menambahkan topping seperti nangka, kelapa muda, hingga boba. Ada juga yang menghidangkannya dalam versi dingin ala dessert Jepang.

Di media sosial, terutama TikTok dan Instagram, bubur sumsum hijau sering viral karena warnanya yang estetik. Video proses pembuatan bubur ini, terutama saat adonan berubah menjadi hijau pekat dan mengental, sering diputar ulang jutaan kali karena memicu kepuasan visual.

Tak hanya itu, bubur sumsum kini juga sering hadir dalam paket hampers, baik untuk lebaran, ulang tahun, atau acara syukuran. Kemasannya dibuat cantik dalam cup kecil, sehingga terlihat elegan namun tetap membawa kesan tradisional.

Bubur Sumsum Hijau, Hidangan Sederhana yang Tak Pernah Sederhana Rasanya

Pada akhirnya, bubur sumsum hijau bukan hanya makanan. Ia adalah bagian dari memori—tentang masa kecil, tentang masakan ibu atau nenek, tentang momen berkumpul di keluarga, dan tentang kenyamanan yang sulit digantikan makanan modern.

Dengan warna hijau yang menyejukkan, aroma pandan yang wangi, serta tekstur lembut yang menggoda, bubur sumsum hijau akan selalu jadi salah satu makanan tradisional yang tak lekang oleh waktu. Baik disajikan sebagai sarapan, camilan sore, ataupun hidangan untuk tamu, bubur ini selalu berhasil membuat siapa pun tersenyum.

Selamat mencoba membuatnya sendiri di rumah—siapa tahu, justru kamu menemukan resep andalan yang akan diwariskan ke generasi berikutnya!

Baca fakta seputar : Culinary

Author