Ranca Upas: Tempat Pelarian Favorit Saat Kota Terlalu Bising

Contents
- 0.1 Pertama Kali ke Ranca Upas: Antara Deg-degan dan Lega
- 0.2 Camping Di Tengah Kabut: Serasa Film Indie
- 0.3 Bertemu Rusa dan Refleksi Diri
- 0.4 Tips Camping di Ranca Upas (Supaya Nggak Kaget)
- 0.5 Kenapa Ranca Upas Beda dari Tempat Lain?
- 0.6 Hal-Hal Kecil yang Bikin Ranca Upas Tak Terlupakan
- 0.7 Pulang ke Kota dengan Pikiran Lebih Ringan
- 0.8 Jadi, Worth It Gak?
- 0.9 Penutup: Kamu Juga Perlu Kabur
- 1 Author
Ranca Upas Jujur ya, ada satu titik di mana aku ngerasa bisingnya kota tuh bukan cuma soal suara klakson atau mesin protogel motor yang meraung. Tapi juga suara deadline, obrolan basa-basi di kantor, notifikasi HP yang nggak ada matinya, dan ekspektasi travel yang makin hari makin tinggi. Semua itu kayak ngumpul jadi satu di kepala—dan boom! wikipedia Meledak secara emosional.
Waktu itu aku inget banget, Senin pagi yang chaos banget, macet parah, dan aku lupa bawa charger. Laptop lowbat, mood lowbat, dan jiwa? Udah nggak tau ngambang di mana.
Akhirnya, karena udah terlalu sumpek dan pengen kabur sebentar dari hiruk-pikuk kota, aku spontan buka Google Maps dan ketik “tempat camping sejuk dekat Bandung”. Dan muncullah nama: Ranca Upas.
Pertama Kali ke Ranca Upas: Antara Deg-degan dan Lega
Ranca Upas itu ada di daerah Ciwidey, sekitar dua jam-an dari Bandung kalau naik mobil. Tapi karena aku berangkat pas weekday, jalanan lumayan lengang. Sepanjang jalan disuguhi pemandangan hijau, udara mulai dingin pelan-pelan, dan suasana kayak ngajak aku buat napas lebih dalam.
Sampai di sana? Wah, beda banget rasanya.
Beneran deh, begitu buka pintu mobil dan kaki nyentuh tanah, udaranya langsung nyambut aku kayak, “Udah, istirahat dulu. Nggak usah mikirin klienmu dulu.” Dan aku langsung tahu… tempat ini bakal jadi pelarian favoritku.
Camping Di Tengah Kabut: Serasa Film Indie
Aku pilih camping karena pengen ngerasain nyatu sama alam. Di Ranca Upas, kamu bisa sewa tenda atau bawa sendiri. Karena aku agak modal nekat dan pengen full experience, aku bawa peralatan camping sendiri. Gak terlalu lengkap sih, tapi cukup buat tidur semalam.
Tenda aku pasang di area yang nggak terlalu rame, deket danau kecil. Malamnya? Dingin banget, tapi bukan dingin yang nyiksa. Lebih kayak dingin yang bikin kamu meringkuk dalam sleeping bag sambil merenung, “Gimana sih hidup ini, kok ribet banget?”
Suara jangkrik, kabut pelan-pelan turun, dan bulan yang malu-malu nunjukin diri—sumpah, aesthetic banget. Aku duduk sambil bikin mie rebus pakai kompor portable. Rasanya? Enak banget, lebih enak dari restoran bintang lima (mungkin karena aku laper juga ya).
Bertemu Rusa dan Refleksi Diri
Pagi harinya, aku jalan ke area penangkaran rusa. Di Ranca Upas, kamu bisa kasih makan rusa-rusa lucu itu. Mereka nggak takut sama manusia, malah sering mendekat dengan manja.
Waktu aku kasih wortel ke seekor rusa, tiba-tiba kepikiran: hidup tuh kadang kayak rusa ini. Kita cuma nyari sesuatu buat makan, buat tenang, buat bertahan. Tapi lingkungan sekitar sering bikin kita stres. Dan kadang kita cuma butuh satu orang yang mau nyodorin “wortel” itu. Dukungan kecil, tapi cukup buat ngasih harapan.
Di titik itu, aku sadar… mungkin aku terlalu keras sama diri sendiri. Dan healing bukan soal melupakan masalah, tapi memberi ruang untuk berdamai.
Tips Camping di Ranca Upas (Supaya Nggak Kaget)
Oke, sekarang masuk ke hal praktisnya ya. Buat kamu yang pengen coba kabur juga ke Ranca Upas, ini beberapa tips yang aku pelajari dari pengalaman kemarin:
1. Datang Weekday Lebih Sepi
Weekend bisa rame banget. Kalau kamu butuh ketenangan total, usahakan ambil cuti dan datang hari biasa. Suasana lebih damai, foto-foto juga lebih aesthetic tanpa banyak photobomb.
2. Bawa Jaket Super Tebal
Serius, dinginnya tuh bisa nembus tulang, apalagi kalau kamu tidur di tenda. Jaket tebal, sarung tangan, kupluk, dan kaos kaki wajib hukumnya. Aku sempet bego nggak bawa kupluk, dan kepala kerasa kayak kulkas semalaman.
3. Jangan Lupa Headlamp
Kalau camping, jangan mengandalkan lampu HP doang. Bawa headlamp atau senter, karena pas malam gelap gulita. Bahkan cari tenda sendiri bisa susah kalau lampu redup.
4. Siapkan Makanan Instant yang Mudah Dimakan
Mie, kopi, roti, dan cemilan. Trust me, kamu bakal butuh ini semua. Apalagi kalau bangun pagi dan kabut masih tebal. Ngopi sambil ngeliat kabut menyelimuti padang itu… surga.
5. Hormati Alam dan Sesama Camper
Jangan buang sampah sembarangan. Jangan muter musik keras-keras. Tempat ini tuh sanctuary, bukan kafe pinggir jalan. Hormati alam dan orang lain yang juga lagi cari ketenangan.
Kenapa Ranca Upas Beda dari Tempat Lain?
Dari sekian banyak tempat camping yang pernah aku datangi, Ranca Upas punya vibe yang lain. Mungkin karena perpaduan hutan, kabut, dan rusa liar. Mungkin karena suhu dingin yang pas buat merenung. Atau mungkin karena setiap orang yang datang ke sini memang niatnya bukan buat pamer gaya, tapi benar-benar pengen healing.
Ada yang datang habis putus cinta, ada yang baru resign dari kerjaan toksik, ada juga yang sekadar bosen hidup di kota. Tapi semuanya kayak saling ngerti: kita semua di sini buat nyembuhin diri.
Hal-Hal Kecil yang Bikin Ranca Upas Tak Terlupakan
Waktu aku lagi jalan sore, aku ketemu pasangan muda yang lagi ngelatih anak mereka naik sepeda kecil di jalan setapak. Lucu banget, dan bikin aku mikir: mungkin healing buat sebagian orang bukan tentang menyendiri, tapi tentang ngebangun momen kecil kayak gitu.
Terus ada bapak-bapak yang bawa gitar dan main lagu lawas. Suaranya cempreng, tapi hangat. Kami duduk bareng di api unggun kecil, nyanyi bareng lagu “Kemarin” dari Seventeen. Nggak kenal siapa-siapa, tapi malam itu semua jadi kayak keluarga.
Pulang ke Kota dengan Pikiran Lebih Ringan
Setelah dua hari di Ranca Upas, aku pulang ke kota. Dan meskipun notifikasi HP langsung nyamber, rasanya beda. Lebih santai. Lebih siap.
Kepala masih dipenuhi tugas-tugas dan to-do list, tapi kali ini aku tahu: aku punya tempat pelarian yang bisa aku datangi kapanpun kepala ini mulai terlalu bising lagi.
Jadi, Worth It Gak?
Jawabannya: GILA, WORTH IT BANGET.
Ranca Upas bukan cuma tempat wisata. Buat aku, itu tempat terapi. Tempat untuk menyadari bahwa diam bukan berarti malas, dan istirahat bukan berarti gagal. Kadang yang kita butuh cuma tempat yang sunyi dan rusa yang doyan wortel buat bikin kita inget lagi… kita ini manusia, bukan mesin.
Penutup: Kamu Juga Perlu Kabur
Kalau kamu baca ini dan ngerasa hidup lagi berat, kepala mumet, atau cuma pengen napas panjang tanpa gangguan… cobain deh ke Ranca Upas. Nggak harus camping seminggu. Kadang semalam aja cukup buat bikin hati jadi lebih ringan.
Dan siapa tau, pas kamu lagi duduk di depan tenda dengan secangkir kopi panas, kamu juga bakal nemu jawaban-jawaban kecil yang selama ini kamu cari.
Baca Juga Artikel Ini: Bukit Holbung: Surga Tersembunyi di Samosir yang Bikin Aku Susah Move On